https://youtube.com/@renungan_harian_kristen?si=W15pDZgPwQPxnbvM
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ikut Dia artinya Siap Menderita

    

Penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung oleh setiap murid atau dalam hal mengikut Kristus. penderitaana juga merupakan salah satu bagian dalam setiap aspek kehidupan manusia yang harsu dijalani meskipun itu pun tidak menyenangkan bagi sebagian manusia itu sendiri. Tetapi secara umum sebagian manusia takut akan adanya penderitaan itu sendiri. Dan penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “resiko “ hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatNya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang sudah pasti bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dari Tuhan. 

Penderitaan adalah hal yang menyakitkan atu yang tidak menyenangkan, misalnya musibah yang menyebabkan luka ditubuh, kesedihan, kehilangan orang yang dikasihi, diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain, dan sebagainya. Penderitaan datang untuk menjadikan seseorang lebih bijaksana, untuk menghapuskan kesombongan diri dan kehidupan yang semu, untuk meluaska cakrawala pikiran. Tujuan penderitaan ialah : untuk memperbaiki hal-hal yang rusak dalam kepribadian seseorang.

Apa itu bersama Kristus?

Biasanya kita berpikir tentang kesengsaraan yang Paulus katakan : mengerjakan kepada kita satu kemuliaan kekal! Dalam kategori penyikasaan yang hebat atau mati Syahid. Apakah jenis penderitaan ini termasuk termasuk dalam “ kesengsaraan yang ringan ? apakah ini dimaksudkan : “Jika kita menderita kita jug akan memerintah “ dan jika demikian kit jug akan dimuliakan bersama ?”

            Jawabannya boleh jadi bahwa : tidak selalu perangai/sifat Kesengsaraan yang menentukan nilai-nilai rohani tetapi lamanya kesengsaraan itu berlangsung dan reaksi seseorang terhadapnya. Semu kesengsaraan membawa bermaksud untuk membawa seseoraang kepada Allah, maksudnya untuk mengerjakan ketaatan yang sempurna, menambah kesabaran, memperbesar keindahan rohani dan lebih mengasihi Allah dan manusia dari pada diri sendiri.

Kebutuhan untuk tiap penderitaan.

Allah yang secara khusus memilih alat-alat yang Ia butuhkan untuk merancang dan memampukan mempelai wanita-Nya, untuk peranannya yang unik dan pelayanannya dalam kerajaan kekal. 

Kasih menderita dengan sukarela.

Paulus berkata : Kasih itu menderita ( I Korintus. 13:4 KJV ). Artinya : kasih harus menderita dengan sukarela. Allah itu kasih, tetapi tidak ada kasih tanpa derita dengan sukarela. Kasih yang tidak menerima penderitaan dengan sukarela adalah kasih yang tidak sesuai karena inti kasih adalah desentralisasi yaitu penyangkalan diri demi kepentingan orang lain.

 Seringkali Tuhan pun seakan-akan membiarkan diri kita mengalami hal yang sama seperti yang dialami bangsa Israel. Akan tetapi, baik melalui keadaan yang sulit, penderitaan yang kita alami maupun orang-orang yang ada disekitar kita, semua itu sebenarnya dipakai Tuhan untuk menguji dan melatih kita. Kita harus menyadari bahwa, mengapa kita harus erada ditengah-tengah lingkungan sekitar kita ? Atau keluarga kita ? Atau teman-teman kita sekerja maupun sepelayanan? Bahkan, mengapa kita hidup di negara ini ? Semua itu terjadi karena Tuhan mempunyai maksud dan kehendak yang amat indah bagi kehidupan kita sebagai umatNya. Begitu banyak pemahaman sekarang ini tentang sebuah penderitaan. Tetapi yang akan saya bahas dalam makalah ini adalah  apakah makna  penderitaan berdasarkan II Timotius 2:1-13?  dan bagaimana cara kita sebagai orang percaya menghadapi penderitaan tersebut.

            “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.” (II Tim. 2:3). Penderitaan dalam konteks II Timotius ini merupakan suatu ajakan untuk ikut menderita bersama Kristus sebagai seorang Kristen yang benar-benar memahami akan penderitaan Kristus. Karena Kristus menderita bukan karena dosaNya melainkan karena dosa kita sehingga Ia telah mengalami penderitaan terbesar yang pernah dikenal oleh manusia.

 Menurut Billy Graham dalam bukunya yang berjudul Hingga Harmagedon mengatakan bahwa “Tak ada seorang pun dalam sejarah yang pernah menderita lebih dari Yesus Kristus. Puncak penderitaanNya sampai pada salib kalvari, lambang tertinggi dari penderitaan badan  dan rohani.” Melalui konteks inilah seorang  Paulus mengajak kita untuk ikut memahami dan bahkan menderita sebagai seorang prajurit Kristus. Tetapi sedikit  saja orang-orang yang menyadari akan kebenaran ini. Banyak orang menganggap bahwa  karena Tuhan Yesus telah telah menderita bagi kita orang yang percaya  kepadaNya maka sekarang kita tidak akan merasakan yang namanya penderitaan. Tetapi inilah anggapan yang salah. Penderitaan  akan terus berlangsung dan bertambah-tambah sampai mencapai puncak kehebatannya pada zaman kepicikan besar yang akan terjadi dalam dunia ini, bias kilat di ayat, 3.

            Berulang kali  Paulus menekankan bahwa  kita sebagai orang yang menaruh iman percaya kepada Kristus, penderitaan akan mempunyai arti tersendiri. Karena saat kita menderita Karena Kristus, maka itu berarti kita turut mengambil bagian dalam penderitaan  Kristus dan bahkan menggenapi penderitaan Kristus. Memang ada beberapa hal yang menjadikan orang yang percaya kepada Yesus menderita, menurut Billy Graham dalam bukunya yang berjudul Hingga Harmagedon diantaranya : “Umat manusia menderita karena mereka adalah manusia, umat manusia layak menderita karena mereka layak menderita, tidak ada lubang perlindungan Kristen, Allah memakai penderitaan dan pencobaan-pencobaan untuk mendidik kita, gunanya didikan, supaya kita tetap rendah hati dan tekun berdoa, serta untuk mendidik kita jadi sabar.”  Tetapi dalam konteks  II Timotius ini Paulus tidak mengambil dari ketujuh penyebab penderitaan  yang di utarakan oleh Billy Graham melainkan Paulus mengambil sebuah alasan yaitu menderita karena Injil. Seperti yang Paulus sendiri katakan bahwa “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak akan terbelenggu.” II Timotius 2:9. Menderita karena Injil, mungkin ini adalah salah satu “salib” yang harus dipikul oleh setiap orang Kristen. Menurut Adina Chapman yang menulis buku pengantar perjanjian baru, “Salib itu tidak dapat dilepaskan dan dipisahkan dari pilihan sorgawi.” Artinya bahwa kita yang merupakan warga Sorgawi akan terus berhadapan dengan berbagi salib sampai kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kedua kalinya. Tetapi “salib” ini tidak akan pernah menyamai salib yang telah menjadi saksi kemenangan atas maut di bukit Golgota.

 Penderitaan karena Injil sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi seorang Rasul  Paulus dalam pelayanannya. Dari beberapa suratnya, Paulus secara terang-terangan menyebutkan bahwa penderitaan yang ia alami karena Injil sampai ia mati pun karena Injil Kristus yang ia beritakan. Memang tidak ada seorang pun yang akan terbebas dari penderitaan seperti yang di ungkapkan Billy Graham bahwa “Tidak ada seorang pun yang akan dibebaskan dari sentuhan tragedi : baik orang Kristen maupun yang bukan; baik orang kaya maupun orang miskin; baik pemimpin maupun orang dewasa.penderitaan tidak memandang bangsa, sosial, politik maupun ekonomi.” Tetapi penderitaan karena Injil hanya dialami oleh orang-orang tertentu yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah untuk mengambil bagian dalam penderitaan Kristus dengan sepenuh hati, tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak mana pun.

Dalam penderitaan yang dialami oleh  Paulus karena Injil keselamatan yang ia beritakan, dia tidak pernah mengeluh dan tidak berbuat dosa. Paulus sendiri mengungkapkannya bahwa “Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.” (II timotius 2:10). Ini merupakan sebuah contoh yang sangat luar biasa yang  ditunjukkan oleh seorang yang benar-benar telah menyakini panggilannya dari Tuhan.

Begitu banyak penderitaan yang di alami oleh seorang  Paulus dalam pelayanannya yang jika kita pikir secara duniawi itu adalah sebuah kemustahilan untuk dilalui dengan penuh kesabaran. Tetapi Paulus tahu bahwa akhir dari semuanya itu adalah sebuah kemenangan yang kekal bersama Kristus. Seperti yang dikatakan Warre W. Weirsbe dalam bukunya yang berjudul Pengharapan Di dalam Kristus  bahwa “Apabila kita bergantung pada kasih karunia Allah, kita dapat bertahan dalam penderitaan, bahkan dapat mengubah penderitaan itu menjadi kemenangan.”

Bukan hanya karena Paulus mengetahui tujuan akhir dari semua penderitaan yang dia tanggung dengan sabar, tetapi hal yang pertama-tama diakui oleh  Paulus adalah karena adanya kasih karunia Allah yang selalu menyertainya sehingga ia bisa  menjalankan tugas sebagai seorang prajurit Kristus.

Di dalam kehidupan kita sekarang ini,  menderita untuk ikut mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus adalah suatu hal yang sungguh sangat sulit bagi sebagian kita orang percaya. Kita mengaku percaya tetapi kita masih ragu-ragu dan bahkan kita sering tidak mau dan merasa tidak sanggup untuk ikut mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus. Menderita karena Kristus bagi setiap kita yang menaruh iman percaya  di dalam Kristus Yesus merupakan suatu penderitaan yang bukan tanpa alasan yang jelas. Memang dalam dunia sekarang ini tidak sama saat dunia dimana Tuhan Yesus hidup di dunia, mungkin sekarang kita tidak memikul sebuah kayu salib yang begitu berat seperti yang di pikul oleh Tuhan Yesus ke atas bukit Golgota.

Menderita karena Kristus berarti Kristus ada di pihak kita, tetapi sering kali kehidupan sekarang ini kita sebagai orang yang percaya akan Kristus masih dalam keadaan yang labil dan sering berpikir bahwa kita tidak akan mampu melewati penderitaan ini. Jika kita benar-benar percaya bahwa kita menderita karena Kristus, sebagai seorang yang beriman kepadaNya, tidak seharusnya kita bimbang ataupun menyerah. Tetapi sebaliknya kita harus percaya bahwa penderitaan yang kita alami karena Kristus dapat kita lalui dengan Kristus Pula.

Kebanyakan Realita atau faktanya yang terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini, saat kita bisa melalui penderitaan yang oleh Kristus kita bisa melewatinya, kita kadang menjadi seperti seorang yang amnesia, kita melupakan Tuhan, kita menganggap bahwa kita dapat melaluinya karena kekuatan kita sendiri. Tetapi kita sebagai seorang yang percaya dan menaruh pengharapan kepadaNya, janganlah sekali-kali kita melupakan Tuhan. Karena kita tahu bahwa di luar Tuhan tidak ada yang mampu kita kerjakan sebagai manusia. Begitu pula penderitaan yang kita alami karena Injil Kristus,  sebelumnya  kita telah membahas tentang penderitaan yang kita alami oleh karena Kristus dan sekarang kita membahas mengenai penderitaan karena Injil Kristus. Kedua-dua mungkin tidak terlalu berbeda, tetapi penderitaan karena Injil adalah sebuah penderitaan karena kita mengabarkan sebuah kabar sukacita, kabar keselamatan. Mengabarkan Injil bukanlah suatu pekerjaan yang muda. Mengabarkan Injil adalah suatu pekerjaan yang merupakan pekerjaan Roh Kudus, kita hanya sebagai alat untuk menyampaikan kabar sukacita ini.

Menderita karena Injil atau kabar keselamatan  telah kita dengar bahwa telah begitu banyak orang-orang terdahulu  yang bahkan sampai matipun karena mereka tetap  pergi memberitakan Injil keselamatan. Mereka melakukan hal itu karena mereka adalah orang-orang yang telah mengerti bahwa Injil atau kabar  keselamatan  bukan hanya untuk orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus tetapi kepada semua orang. Terutama untuk mereka yang masih hidup dalam “kegelapan” sehingga  suatu kelak meraka akan keluar dari “ kegelapan” itu menuju ke terang keselamatan yang hanya ada di dalam Yesus Kristus.

        Jadi, kita yang telah mendengar  tentang Injil keselamatan itu, yang telah keluar dari “kegelapan”,  seharusnya kita juga harus pergi untuk memberitahukannya kepada semua orang akan kabar keselamatan ini. Janganlah kita menyimpan kabar sukacita yang telah kita dengar. Meskipun kita harus menderita karena Injil ini. Tetapi kita  tahu bahwa dalam penderitaan yang dialami oleh Paulus dihadapinya dengan penuh kesabaran dan tuntunan oleh Roh Kudus. Mengandalkan kekuatan untuk mengahadapi penderitaan karena Injil bukanlah jalan yang tepat. Penuh kesabaran dalam menghadapai setia penderitaan yang kita alami baik itu penderitaan karena Kristus ,penderitaan karena Injil Kristus, dll. Adalah salah satu jalan yang terbaik. Tetapi yang paling harus kita ingat dalam setiap penderitaan kita orang-orang yang percaya dan menderita bukan karena dosa adalah bahwa kasih karunia dari Kristus Yesus akan selalu menyertai kita. Namun, kadang Allah seakan diam dalam setiap penderitaan yang kita alami sekarang. Tetapi di dalam Injil Yohanes, Yesus berkata bahwa “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”Yohanes. 16:33. Tetapi dalam kehidupan orang percaya sekarang, banyak saudara-saudara kita yang jatuh karena mereka tidak sabar dalam menghadapi penderitaan yang di izinkan terjadi oleh Tuhan. Mereka seakan tidak mempunyai keyakinan dan pengharapan dalam penderitaan mereka. Mereka mengandalkan kekuatan mereka sendiri karena mereka tidak sadar bahwa kemampuan mereka terbatas. Tuhan Yesus telah memberikan suatu pengharapan kepada semua orang percaya dalam sebuah penderitaan. Yesus telah mengatakannya sendiri bahwa Dia telah mengalahkan dunia yang fana ini. Jadi untuk apa kita takut mengahadapi penderitaan yang di izinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita. Memang Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan yang mudah. Tetapi walaupun kita dalam penderitaan bersama Kristus, kita harus menghadapinya dengan penuh kesabaran , kenyakinan, dan pengharapan akan Kristus. Janganlah lagi kita menyalahkan Tuhan, dan janganlah berkeluh-kesah. Tetaplah bersabar dalam menghadapi penderitaan bersama Kristus.